Mengamalkan Al Ma’un

Share This Post

Kemuhammadiyahan.com. Syahdan dalam cerita-cerita tentang KH.Ahmad Dahlan dan para muridnya yang terkenal salah satunya adalah ketika suatu hari para muridnya akan ngaji diperintahkan oleh KH. Ahmad Dahlan untuk membuka Surat Al Ma’un. Para muridnya yang sudah berkali-kali ngaji Al Ma’un tersebut protes, mengapa tidak surat yang lain.

Pertanyaan para muridnya dijawab KH. Ahmad Dahlan dengan balik bertanya, apakah mereka sudah mengamalkan Surat Al Ma’un dijawab sudah bahkan sampai hafal. Ditanggapi lagi oleh KH. Ahmad Dahlan bahwa mereka baru hafal, belum mengamalkan dalam kehidupan nyata sehari-hari. Oleh karena itu, para muridnya itu ditugasi untuk mencari orang-orang miskin di sekitar kauman, dimandikan, diberi pakaian dan tempat istirahat yang layak.

Islam Agama Amal

Dalam Pokok-Pokok Pemikiran dan Wawasan Keagamaan KH. Ahmad Dahlan, baca disini, poin yang kedua berbunyi beragama adalah beramal. Dalam pemahaman KH. Ahmad Dahlan, Islam adalah agama yang harus diamalkan secara nyata dalam kehidupan sehari-hari. Al Qur’an harus diamalkan sebagaimana Rosululloh SAW telah memberi teladan mengamalkannya.

Saat itu, masa KH. Ahmad Dahlan bahkan sampai saat ini masih banyak, umat Islam menjadikan Al Qur’an hanya sebagai hafalan tanpa amalan nyata. Tidak kurang banyak mereka yang hafal sampai 30 juz, namun belum tentu itu diamalkan meski hanya sedikit. Inilah yang kemudian dikritik oleh KH. Ahmad Dahlan melalui tindakan nyata.

Dalam mengamalkan Surat Al Ma’un tersebut KH. Ahmad Dahlan mewujudkannya dengan menyantuni yatim piatu dan orang-orang miskin di sekitaran Kauman. Ini wujud nyata yang bagi umat Islam di sekitar Kauman bahkan para saudaranya dianggap sebagai tindakan aneh karena saat itu memang belum ada contoh nyata dari umat Islam menyantuni yatim piatu dan fakir miskin.

Amalan KH. Ahmad Dahlan ini yang dalam perjalanannya oleh kaum akademisi Muhammadiyah disebut sebagai “Teologi Al Ma’un” adalah pemikiran genuine KH. Ahmad Dahlan dalam menyikapi kondisi sosial dan budaya masyarakat yang ada di sekitar tempat tinggalnya. Langkah KH. Ahmad Dahlan inilah yang membedakan jelas antara Muhammadiyah dengan gerakan Islam lainnya.

Muhammadiyah didirikan KH. Ahmad Dahlan untuk menghadirkan solusi bagi masyarakat guna mengentaskan mereka dari berbagai masalah hidup yang dihadapi. KH. Ahmad Dahlan tidak datang semata-mata untuk menghakimi ini salah, dosa, ajaran bid’ah bahkan sesat. Lewat penyantunan anak-anak yatim dan fakir miskin KH. Ahmad Dahlan menghadirkan Islam yang welas asih, memberdayakan dan mengentaskan.

Contoh lain selain Al Ma’un adalah ditafsirkannya Iqra’ dengan mendirikan madrasah Islamiyah/sekolah Muhammadiyah yang memadukan antara ilmu-ilmu umum dan agama dalam kurikulum pembelajarannya. Mengajarkan ilmu agama bersamaan dengan ilmu-ilmu umum dianggap sebagai keanehan saat itu. Pemisahan ilmu agama dan ilmu umum saat itu adalah sebuah keniscayaan yang tak boleh dilanggar. Maka KH. Ahmad Dahlan menghadirkan keanehan yang mengundang cemoohan dari umat Islam saat itu.

Dengan konsep dan pengamalan langsung Al Ma’un tersebut KH. Ahmad Dahlan memberi contoh nyata kepada umat Islam bagaimana menafsirkan Al Qur’an bukan hanya secara tekstual, tapi konteksual dalam kehidupan sehari-hari. Langkah nyata KH. Ahmad Dahlan ini cenderung dianggap tidak populer oleh sebagian umat Islam yang menggebu-gebu dalam menjalankan faham agama Islam yang dianutnya.

Maka di Muhammadiyah tidak heran jika yang menonjol adalah amal usaha, karena demikianlah yang dicontohkan oleh KH. Ahmad Dahlan. Amal usaha di berbagai bidang seperti keagamaan, pendidikan, kesehatan dan sosial adalah kiprah nyata berdasarkan contoh KH. Ahmad Dahlan yang terbukti memberi solusi begitu banyak permasalahan sosial umat Islam Indonesia.

Namun tren terakhir, karena ingin mendapatkan spiritualitas yang lebih “murni” kembali kepada Al Qur’an dan Sunnah, ada sebagian umat Islam yang memahami Islam hanya dari teks-teks Al Qur’an serta hadist saja tanpa diikuti dengan pendalaman, pemikiran lebih lanjut bagaimana agar ajaran-ajaran itu menjadi solusi dalam kehidupan sehari-hari. Sebuah kemunduran luar biasa yang menjadikan Al Qur’an dan Hadist sebagai bahan bacaan saja, ilmu hafalan tanpa menjadi solusi dalam kehidupan umat Islam.

Teladan yang diberikan oleh KH. Ahmad Dahlan sudah nyata dan solutif sebenarnya, mudah difahami, namun entah mengapa, masih banyak sebagian umat Islam yang justru “memuseumkan” ajaran-ajaran adiluhung Islam hanya menjadi hafalan semata-mata tanpa menjadi solusi kehidupan. Spiritualitas yang mengungkung manusia kembali kepada kehidupan dulu yang tentu sudah sangat berbeda penyikapannya dengan era sekarang.

sumber: https://kemuhammadiyahan.com/mengamalkan-al-maun-ala-muhammadiyah/

More To Explore

BACAAN SALAT SESUAI HIMPUNAN PUTUSAN TARJIH MUHAMMADIYAH
Berita

BACAAN SALAT SESUAI HIMPUNAN PUTUSAN TARJIH MUHAMMADIYAH

I. BACAAN SALAT Lafaz Takbiratul Ihramاللّهُ اَكبَرُ Lafaz Doa Istiftahاللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ, اللَّهُمَّ نَقِّنِي مِنَ الْخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى

Berita

11 Kesatria PAM KH AR Fachruddin Berkhitan

KLL Ranting Keputih menyelenggarakan khitanan massal Sabtu sore (2/7/2022). Acara ini berlangsung di rumah sunat dr Mahdian, pusat sunat terbaik anak dan dewasa. Sebanyak 11